Jumat, 13 April 2012

Pak Erte Naim : “Lahan Pertanian di Depok Tak Boleh Hilang”by hasnan habib kota depok

naim sumarna dan jamur tiram organik
naim sumarna dan jamur tiram organik
MotivatorNews – Mengejar keuntungan semata sangat berbahaya bagi anak cucu kelak. Lahan pertanian tak boleh dialihfungsikan semua menjadi hutan beton. Pemerintah Kota Depok harus serius memperhatikan sekaligus menerbitkan regulasi untuk melestarikan sektor pertanian.
Himbauan sekaligus harapan di atas meluncur dari bibir seorang petani bernama Naim Sumarna. Usianya tak lagi muda, kini dia genap berumur 60 tahun. Namun postur tubuhnya masih terlihat bugar. Sepanjang hidupnya lelaki dengan tiga anak dari pernikahannya dengan isteri tercintanya, Rohana ini tetap tekun menggeluti bidang pertanian.
Naim Sumarna yang keseharian disapa, Pak Erte Naim kepada wartawan Amunisi John Hutapea di kediamannya yang sederhana di pinggiran Kota Depok seakan mengeluh atas semakin sempitnya lahan pertanian.
“Saat ini pemerintah  terlihat kurang serius memperhatikan nasib kaum petani,  padahal tanpa petani kita tidak bisa berbuat apa-apa. Janganlah pertanian di kota Depok hilang secara perlahan. Kita mesti ingat karma mengejar keuntungan semata, itu berbahaya untuk masa depan anak cucu kita kelak,” kata Naim pelan sembari menerawang.
Tetapi di tengah kegudahgulanaan, sosok Naim bukanlah yang mudah putus asa. Dengan peci yang selalu menutupi kepala sebagai ciri khasnya, Naim tak mau menyerah dengan keadaan.
Naim tetap bersemangat menjaga kelestarian lahan dan pola pertanian di Depok. Meski tak bermodal besar, dia mencoba berbagai cara dan metode dalam pelestarian sektor pertanian.
Paguyuban
Salah satunya, demi menghimpun para petani di Kota Depok yang zaman dulu memang dikenal sebagai “Desa Pertanian”, Naim membentuk paguyuban petani yang diberi nama, Gabungan Kelompok Tani Taruna Suka Tani (Gapoktan – TST).
Jerih payah membangun paguyuban Gapoktan kini membuahkan hasil. Sedikitnya 315 orang terdaftar sebagai anggota. Selain itu, demi saling menolong di antara para petani mereka menghimpun iuran secara sukarela.
Bersama kelompoknya di Gapoktan, Naim kini tegah mengembangkan pola pertanian yang tidak membutuhkan lahan yang luas yaitu, pembudidayaan jamur “Tiram Organik” yang berguna untuk kesehatan.
“Saya berharap pemerintah, dalam hal ini Dinas Pertanian Kota Depok turut campur tangan, untuk membantu para petani,” ujar Naim.
Selain itu di Gapoktan – TST, mereka bersatu mengumpulkan dana sukarela dan hasilnya untuk membantu para petani, apabila di antara mereka ada yang kesusahan untuk membeli bibit. Membantu biaya sekolah anak para anggota paguyuban. Termasuk membantu para anak yatim piatu.
Selain itu Naim menggerakan banyak pemuda untuk terlibat, mengolah dan mendaur ulang sampah untuk hal yang bermanfaat, salah satu dijadikan kompos pupuk organik.
“Paguyuban ini sangatlah berarti bagi para petani. Apalagi di situasi sulit saat ini. Apabila kita bersatu dan saling gotong royong semua akan  teratasi dengan mudah. Yah, walaupun apa yang diharapkan kurang sesuai, karna adanya keterbatasan dana,” kata Naim.
Kecintaan ayah tiga anak ini dalam bercocok tanam terus dilakoninya dengan tekun, tanpa pernah mengeluh. Bahkan untuk memberi semangat bagi kelompok tani asuhannya, dia rela mengayuh sepeda kesayangannya menyambangi desa demi desa di Kota Depok, Jawa Barat tanpa mengenal lelah.
Ilmu pertanian yang menjadi keahlian yang diperoleh dari pengalaman panjang ditularkan kepada para petani lain. Naim, tak pelit akan ilmu bertani yang dimilikinya.
Selain di Gapoktan, Naim juga bergabung dalam Kelompok Kontak Tani Nelayan Andal (KTNA) di kota  Depok. Di kelompok ini Naim menjabat sebagai sekretarisnya.
Pada Kontak tani inilah Naim memperoleh banyak pengalaman, berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia untuk saling tukar pengalaman. Di mana hasil pengalaman tersebut dibagikan untuk kelompok-kelompok tani lainnya.
Lupa Umur
“Saya begitu mencintai dunia pertanian, semakin asyik  saya menggelutinya, semakin saya lupa kalau umur saya sudah  60 tahun,” kata Naim yang punya obsesi menjaga kelestaria lingkungan ini.
Kesibukan Naim yang padat sebagai petani dan mengelola organisasi petani, masih ditambah dengan pekerjaan lain, yakni meramu jamu bersama keluarga.
Adapun bahan meramu jamu diperoleh dari berbagai jenis tanaman berkhasiat obat yang ditaman di pekarangan rumahnya. Selain dimaksudkan untuk membantu ekonomi keluarga, jamu hasil ramuan keluarga Naim beredar pula diantara anggota petani.
“Ramuan jamu  godok yang saya buat merupakan obat alternatif bagi mereka yang tak sanggup ke dokter, karena biayanya kan mahal,” kata Naim mengakhiri perbincangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar